Budaya Beli Baju Baru Menjelang Hari Raya


Karena penulis sediri juga berbudaya sama dengan teman-teman pembaca, jadi sikap penulis netral, tidak mendukung ataupun membenci(melarang).

Sudah dianggap wajar apabila pada pertengahan hingga akhir bulan Ramadhan toko-toko dan pusat perbelanjaan busana dan berbagai macam aksesoris lainnya untuk menyambut datangnya hari raya Indul Fitri ramai didatangi oleh pengunjung. Saya beserta keluargapun juga begitu, jadi pada minggu ini(Sabtu 4/08/12 sd Minggu 5/08/12) kami bergantian keluar rumah untuk belanja, dihari sabtu saya dan ayah yang pergi, sementara ibu dan adik tinggal di rumah, dihari minggu gantian saya yang tinggal di rumah, sementara ayah mengantar, ibu, dan adik untuk pergi belanja.


Waktu tiba di suatu pusat perbelanjaan, di sekeliling saya melihat harga busana disana bervariasi(wajar), namun yang menjadi perhatian adalah harga baju di sana ada juga yang mencapai diatas 300.000,-![ndeso] Ya memang semakin mahal harganya kualitasnya tentu smakin tinggi. saya hanya heran, kenapa sih orang-orang ada yang rela mengeluarkan dana besar untuk membeli perhiasan duniawi saja, apalagi di bulan puasa.

 Memang ada diskon lumayan besar tergantung pada harga barang yang ditawarkan, disitu untuk harga sekitar dua ratusan ribu diberi diskon antara 40 sd 50%, sementara untuk kisaran harga tiga ratus ribu diberi diskon 50 sd 70%. Tapi Allah SWT kan juga memberikan bunga tabungan amal yang jauh lebih besar di bulan Ramadhan ini, namun kok hanya sedikit orang yang mau meningkatkan kapasitasnya dalam beramal. Dapat dibandingkan deh, berapa rupiah harta tersisihkan untuk kita masukkan ke kotak amal, saya kira hanya seribu atau bahkan mungkin 500,- sudah cukup, paling banter sepuluh ribu atau duapuluh ribu, sekarang giliran alokasi dana shopping(belanja)nya, paling murah 50ribu, nilai itu sudah cukup kritis, dan harga mahal yaitu menyentuh angka 300ribu. Coba saya ulang, 500,-(amal):50.000,-(belanja)=1:100; 20.000(amal):300.000,-(belanja)=1:15, ini masih data hasil dari sebatas yang saya ingat dan lihat saja, itupun daftar harga dari pusat perbelanjaan lokal,  belum lagi pada pusat perbelanjaan di daerah ibukota propinsi dan ibukota negara(Jakarta).

[Halah itu tadi berarti membenci, ngga’ netral], saya tidak bermaksud membenci dan melarang, melainkan hanya mengingatkan saja. Kalau beli yang mahal-mahal sekiranya diimbangi dengan beramal yang mahal-mahal juga, namun bila keuangan tidak cukup bisa mengimbanginya dengan tadarus, shalat sunnah, dan ibadah lain sebatas kemampuan.

Related Posts

0 Response to "Budaya Beli Baju Baru Menjelang Hari Raya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel