Etika Dalam Pergaulan | Aturan Memanggil Nama Teman
Kita, kalian, dan semua orang pasti memiliki nama yang diberikan oleh ortu. Kumpulan kata-kata indah, baik, menarik, dan penuh dengan makna positif yang tersusun sempurna menjadi sebuah nama diberikan kepada sang anak untuk dimiliki dan diingat untuk menentukan dan menunjukkan identitas diri. Saya kira cukup sulit untuk menentukan nama yang indah, mereka dengan susah payah mengerahkan kemampuan pikiran dan perasaan demi memperoleh keindahan susunan kata guna diwujudkan sebagai nama, dengan harapan supaya sang anak menjadi individu yang cerdas, berkualitas, dan efektif didalam lingkungan masyarakat.
“Hei, suruh si keledai beserta rombongan brontosaurusnya itu untuk segera pergi ke kantin, buruan! Ntar makanannya keburu habis lho”
Adakah orang tua yang tega memberikan nama anaknya “si keledai”, ataupun “brontosaurus”?, tidak ada dan tak akan pernah ada orang tua yang berani memberikan nama seperti itu, kecuali jika mereka memang gila ataupun tidak punya hati/perasaan. “si keledai”, itu adalah nama julukan bagi seorang atau individu yang benar-benar bodoh(saya tidak bermaksud menyinggung bila memang anda sebagai pembaca memiliki nama julukan yang demikian, ini hanyalah permisalan saja), “brontosaurus” adalah nama julukan bagi mereka yang memiliki tubuh gemuk. Sudah dapat ditebak bahwa nama-nama seperti itu adalah produk dari lingkungan bergaul yang bebas, atau bahkan terlalu bebas, sehingga tidak dapat dijangkau dan dikendalikan oleh norma-norma interaksi sosial.
Hal-hal seperti itu mayoritas dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekolah, khususnya pada lingkungan pelajar usia remaja, dimana azas kebebasan dan “seenaknya” berkuasa. Yang lebih memprihatinkan ialah saat ini nama julukan sudah dianggap biasa. Dengan nada lantang, percaya diri, dan tanpa memperhitungkan perasaan orang yang dipanggil, seseorang dengan mudah memanggil temannya dengan nada biasa atau bahkan sedikit berteriak: “hei, C∆∆[1]!”
Sulit dipercaya juga bahwa individu yang bersangkutan pun membawa nama julukan sendiri yang begitu konyol, mereka tidak pernah bangga terhadap namanya sendiri. Sungguh generasi muda Indonesia saat ini yang semakin tak teratur dan jauh dari jangkauan norma sosial.
Memiliki rasa bangga terhadap diri sendiri dan “namamu sendiri” merupakan langkah awal untuk menciptakan, memelihara, dan mengembangkan rasa bangga terhadap tanah air, jadilah generasi yang mampu membanggakan bangsa dan memiliki predikat nilai sosial yang tinggi. Jadi mulai sekarang panggil nama temanmu dengan namanya, nama resmi dari pemberian orang tuanya, bukan mana julukannya, dan jangan menoleh dan menanggapi temanmu yang tetap memanggilmu dengan nama “konyol”mu, tegakkan sikap kedisiplinan tersebut mulai dari sekarang!
0 Response to "Etika Dalam Pergaulan | Aturan Memanggil Nama Teman"
Post a Comment