Jangan Coret Baju Seragammu | Coret Baju Seragam Sekolah


Seragam (seharusnya)merupakan suatu kebanggaan bagi setiap pemiliknya[1], seragam menunjukkan identitas diri yang spesial dan menarik. Namun, ternyata bangsa Indonesia saat ini terutama para generasi mudanya tidak terlalu peduli akan hal tersebut, negara sedang dilanda gejolak budaya generasi muda yang kurang terpuji. Pada hari kelulusan setiap tahunnya selalu dihiasi dengan aksi corat-coret seragam sekolah, mayoritas pelaku dari tidakan tersebut adalah justru para pelajar SMA yang seharusnya menjadi contoh kedisiplinan, moral, dan tanggung jawab bagi para adik-adiknya yang masih duduk di bangku SMP.


Dapat dikatakan bahwa mayoritas pelajar Indonesia saat ini memang sudah tidak peduli bagaimana reaksi dan opini publik terhadap hal-hal yang mereka lakukan, ketidak pedulian itulah yang membuat kualitas karakter generasi muda bangsa menjadi semakin rendah dan terpuruk, jauh dan semakin jauh dari bimbingan dan ikatan norma sosial.

 Mencoret seragam pada waktu hari kelulusan memang bukanlah urusan orang lain di sekitar kita, memang dibenarkan juga bahwa itu merupakan hak dari setiap pelajar terhadap baju seragamnya sendiri, mau dicoret, dibakar, ataupun dibuang ya terserah pemiliknya.

Coba pikirkanlah apa yang membedakan kita dengan teman-teman di sekolah berkualitas unggul, kita duduk manis mengikuti pelajaran selama 7 jam saja sudah protes, ya capek, ngantuk, lapar, dan lainnya. Bila kita mendapatkan PR misalkan sekitar total 20 soal dalam hitungan per satu hari dari pak/bu guru pun pengumpulannya juga masih banyak yang molor[2]dan bolong[3]kan. Sementara mereka dalam sehari menempuh waktu pendidikan selama 11 jam! Itupun masih mendapatkan PR dan harus diselesaikan pada waktu yang ditentukan, namun sedikit sekali dan bahkan tak ada yang molor maupun bolong dalam mengerjakannya, padahal beban PR nya jauh melebihi dari jumlah yang kita terima. Coba hitung saja, jika dalam seminggu ada sekitar 16 mata pelajaran dan setiap satu mata pelajaran memberikan 20 sd 50 butir soal per harinya, ‘there’s so much home work every day’.

Trus, apa hubungannya hal itu tadi dengan budaya corat-coret baju seragam? Tunggu dulu, masih belum selesai nih...

Jika hal itu diterapkan di sekolah kita, bisa dibayangkan betapa stresnya pikiran, dan mungkin kita mungkin lebih memilih untuk membolos daripada menghadapi hal seperti itu.

Lalu bagaimana mereka mampu bertahan dari serangan puluhan soal yang diberikan itu? Karena mereka tidak menyesalinya, melainkan menikmatinya, menyayangi semua pelajaran dan pengajarnya. Rasa sayang dan nikmat itulah yang membuat mereka mampu menjalankan kewajibannya mengerjakan tugas dengan baik dengan tanpa rasa tertekan sedikitpun. Jika mampu menjalankan kewajiban untuk mengerjakan tugas dengan baik, maka akan memperoleh prestasi belajar yang baik pula, dan prestasi belajar tersebut berpengaruh kepada rasa suka terhadap pelajaran, nah jika suatu pelajaran disukai, maka akan berpengaruh terhadap motivasi untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan nilai/prestasi, dan pastinya rasa sayang dan rindu akan menuju kearah pelajaran dan guru yang memberikan penilaian tersebut. Akibatnya mereka akan semakin suka dengan aktifitas berfikir, kegemaran terhadap aktifitas bepikirlah yang berhasil menghindarkan para pelajar tersebut dari segala tindakan buruk seperti halnya mencorat-coret seragam sekolah. Berpikir membuat mereka selalu mempertimbangkan hal-hal yang akan mereka lakukan, itu benar atau salah, baik atau tidak, sikap terpuji ataukah buruk, jika ingin menjadi generasi unggulan bangsa, maka berpikirlah dengan pola pikir yang unggul.

Ada lagi pendapat menyatakan bahwa corat-coret seragam sekolah merupakan bentuk aksi protes terhadap pelayanan pendidikan sekolah yang bersangkutan itu kurang baik, tertib, dan memuaskan. ‘Ingatlah bahwa kita itu pelajar, arti dari pelajar adalah generasi muda calon penerus bangsa, bangsa memberikan harapan besar kepada kita bahwa kelak kita mampu membawa negara ini kearah yang lebih baik dan mulia.’

Masih banyak generasi muda Indonesia yang putus sekolah akibat kondisi ekonomi yang kurang mendukung, seharusnya kita patut bersyukur bahwa kita merupakan generasi muda yang ditakdirkan memiliki keluarga yang sanggup memberikan dukungan untuk meraih kecerdasan diri. Jangan lakukan tidakan bodoh seperti halnya mencorat-coret seragam sekolah hanya karena protes atau bahkan mengikuti apa yang dilakukan teman.

“ Takdir menentukan siapa orang tua kita, tetapi pilihanlah yang menentukan siapa teman kita. (Jacques Delille)”

Takdir sudah berpihak dan memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi generasi cerdas bangsa, jangan sia-siakan kesempatan tersebut hanya karena salah pengertian dan salah memilih teman pergaulan yang mengarahkan kita pada tindakan konyol.

Jika memang benar bahwa kita adalah Generasi Pelajar Cerdas Indonesia, ya jangan bertindak bodoh, masih banyak cara untuk melakukan protes(jika memang persoalannya demikian) dengan cara yang cerdas pula. Pahamilah bahwa perilaku kita sebagai pelajar merupakan simbolis potret kualitas pendidikan di mata dunia. Jangan sampai hanya karena aksi dan sikap kita yang sepihak, asal-asalan, masa bodoh, dan tak tahu aturan membuat citra pendidikan bangsa Indonesia menjadi hancur.

“Barang siapa yang lebih baik dari hari kemarin, maka merekalah orang-orang yang beruntung. Barang siapa yang sama saja seperti halnya hari kemarin maka merekalah orang-orang yang rugi. Dan barang siapa yang lebih buruk dari hari kemarin, maka merekalah orang-orang yang celaka.”

so thinking twice before you doing it, friend!

Mari kita tunjukkan bahwa generasi sekarang lebih baik dari generasi sebelumnya generasi yang jauh lebih unggul, namun, pilihan tergantung pada diri masing-masing. Ingin menjadi gererasi yang mana? Beruntung, rugi, ataukah celaka?


[1] Kecuali seragam tahanan kriminalitas/koruptor/yang setara
[2] Telat waktu pengumpulannya
[3] Banyak yang masih belum dikerjakan


Related Posts

0 Response to "Jangan Coret Baju Seragammu | Coret Baju Seragam Sekolah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel